Saturday, August 22, 2015

Salah

    Aku salah terlalu mencintaimu. Hingga semua waktuku selalu aku prioritaskan untukmu, bukan untuk-Nya. Kini, sholatku seperti senam jasmani. Cepat sekali. Tidak lagi khusyuk seperti dulu. Selesai sholat, segera kulipat sarung dan sajadahku. Dengan segera aku berlari untuk membalas pesan darimu. Tak ada waktu lagi untukku mengucap doa kepada-Nya.
   
    Aku salah terlalu memikirkanmu. Tidak lagi memikirkan perintah dan larangan-Nya. Dulu, aku selalu melaksanakan kewajibanku. Tetapi, ketika aku bertemu denganmu dan jatuh cinta padamu, aku lalai dengan semua kewajibanku. Bahkan, aku pernah melanggar larangannya. Dan aku bilang itu adalah sebuah kekhilafan. Padahal, itu semua karena aku terlalu memikirkanmu.
  
    Aku salah terlalu memujamu. Kini, langkahku terasa berat sekali untuk pergi ke masjid. Jemariku jarang sekali bernari-nari di atas tasbih. Mulutku tak pernah lagi berucap membaca kitab-Nya. Aku tak pernah merasa lapar lagi di hari Senin dan Kamis. Bahkan, kemarin aku diberitahu temanku. Katanya, kotak amal di masjid sangat merindukanku. Ah, aku kecewa terlalu memujamu.

“Lantas, sekarang bagaimana?”  tanyamu padaku.
   
    Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku akan tetap mencintaimu seperti selama ini. Tetapi, coba pahamilah. Aku mencintaimu, tetapi aku lebih mencintai-Nya. Aku memang selalu memikirkanmu, tetapi aku lebih memikirkan-Nya. Bahkan, aku pernah memujamu. Tetapi, aku salah. Aku harus beriman kepada-Nya. Aku senang aku sudah tersadar. Mulai sekarang aku sudah berbeda dengan yang dulu. Maaf, jika sekarang waktuku hanya sedikit untukmu, kekasihku.
Baca Selengkapnya >>>

Monday, August 3, 2015

Pagi Ini Sedikit Hangat

    Pagi ini sedikit hangat. Selesai sholat subuh tadi, aku merasakan ada yang berbeda di pagi ini. Biasanya, selesai mengambil air wudhu, angin pagi berhembus menyapu bagian tubuhku yang terkena air wudhu. Terasa dingin sekali. Pagi ini berbeda, angin pagi ini berhembus membawa sebuah kerinduan. Bukan rindu berupa kata. Tetapi membawakan rindu berupa kehangatan.
    Pagi ini sedikit hangat. Biasanya aku enggan berangkat ke sekolah karena dingin di pagi hari. Tetapi, pagi ini berbeda. Aku tak perlu lagi melingkarkan kedua tangan di tubuhku untuk menahan dingin. Angin pagi ini sudah melakukan hal yang semestinya kulakukan. Memberi hangat pada tubuhku. Mungkin ini rindu dari seseorang.
    Pagi ini sedikit hangat. Lama aku berpikir kenapa pagi ini terasa hangat. Dari siapa angin pagi ini membawa sebuah kerinduan. Ternyata itu adalah dirimu. Dirimu yang telah pergi sebulan lalu meninggalkanku. Meninggalkan semua orang. Baru tiga puluh hari kita berpisah, kau sudah merindu padaku?
    Pagi ini sedikit hangat. Aku jadi teringat, pagi itu ketika kita berdua berteduh di sebuah gubuk kecil di tengah sawah, berlindung dari hujan deras yang turun di pagi hari. Saat itu kau lalai, kupu-kupu hasil tangkapan kita yang kau simpan di sebuah plastik kecil yang kau genggam tak sengaja terlepas. Padahal, semua kupu-kupu itu adalah tujuan kita datang kesini.
    Pagi ini sedikit hangat. Bukan hanya dirimu saja yang rindu. Kala kepergianmu, hampir setiap menit ada bayang tawamu di kepalaku. Aku merindu setiap saat kepadamu. Kau menyampaikan rindumu padaku melalui kehangatan di pagi ini. Aku menyampaikan rinduku padamu melalui doa-doaku dengan menyebut namamu. Walaupun ragamu sudah tiada di dunia ini, aku tidak akan pernah sekali pun untuk melupakanmu. Semua tentang dirimu masih ada di dalam benakku. Karena, aku masih mencintaimu disini.

    Terimakasih sudah memberiku kehangatan di pagi ini.
Baca Selengkapnya >>>