Aku salah terlalu mencintaimu. Hingga semua waktuku selalu aku prioritaskan untukmu, bukan untuk-Nya. Kini, sholatku seperti senam jasmani. Cepat sekali. Tidak lagi khusyuk seperti dulu. Selesai sholat, segera kulipat sarung dan sajadahku. Dengan segera aku berlari untuk membalas pesan darimu. Tak ada waktu lagi untukku mengucap doa kepada-Nya.
Aku salah terlalu memikirkanmu. Tidak lagi memikirkan perintah dan larangan-Nya. Dulu, aku selalu melaksanakan kewajibanku. Tetapi, ketika aku bertemu denganmu dan jatuh cinta padamu, aku lalai dengan semua kewajibanku. Bahkan, aku pernah melanggar larangannya. Dan aku bilang itu adalah sebuah kekhilafan. Padahal, itu semua karena aku terlalu memikirkanmu.
Aku salah terlalu memujamu. Kini, langkahku terasa berat sekali untuk pergi ke masjid. Jemariku jarang sekali bernari-nari di atas tasbih. Mulutku tak pernah lagi berucap membaca kitab-Nya. Aku tak pernah merasa lapar lagi di hari Senin dan Kamis. Bahkan, kemarin aku diberitahu temanku. Katanya, kotak amal di masjid sangat merindukanku. Ah, aku kecewa terlalu memujamu.
“Lantas, sekarang bagaimana?” tanyamu padaku.
Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku akan tetap mencintaimu seperti selama ini. Tetapi, coba pahamilah. Aku mencintaimu, tetapi aku lebih mencintai-Nya. Aku memang selalu memikirkanmu, tetapi aku lebih memikirkan-Nya. Bahkan, aku pernah memujamu. Tetapi, aku salah. Aku harus beriman kepada-Nya. Aku senang aku sudah tersadar. Mulai sekarang aku sudah berbeda dengan yang dulu. Maaf, jika sekarang waktuku hanya sedikit untukmu, kekasihku.
Baca Selengkapnya >>>
Aku salah terlalu memikirkanmu. Tidak lagi memikirkan perintah dan larangan-Nya. Dulu, aku selalu melaksanakan kewajibanku. Tetapi, ketika aku bertemu denganmu dan jatuh cinta padamu, aku lalai dengan semua kewajibanku. Bahkan, aku pernah melanggar larangannya. Dan aku bilang itu adalah sebuah kekhilafan. Padahal, itu semua karena aku terlalu memikirkanmu.
Aku salah terlalu memujamu. Kini, langkahku terasa berat sekali untuk pergi ke masjid. Jemariku jarang sekali bernari-nari di atas tasbih. Mulutku tak pernah lagi berucap membaca kitab-Nya. Aku tak pernah merasa lapar lagi di hari Senin dan Kamis. Bahkan, kemarin aku diberitahu temanku. Katanya, kotak amal di masjid sangat merindukanku. Ah, aku kecewa terlalu memujamu.
“Lantas, sekarang bagaimana?” tanyamu padaku.
Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku akan tetap mencintaimu seperti selama ini. Tetapi, coba pahamilah. Aku mencintaimu, tetapi aku lebih mencintai-Nya. Aku memang selalu memikirkanmu, tetapi aku lebih memikirkan-Nya. Bahkan, aku pernah memujamu. Tetapi, aku salah. Aku harus beriman kepada-Nya. Aku senang aku sudah tersadar. Mulai sekarang aku sudah berbeda dengan yang dulu. Maaf, jika sekarang waktuku hanya sedikit untukmu, kekasihku.